Wednesday, 31 March 2021

Apa Yang Membatalkan Puasa Ramadhan?

 

Gambar: rrtvnews

RRTVNEWS - Hal-hal yang Membatalkan Puasa dan Sanksinya 

Makan dan minum di siang hari pada bulan Ramadhan, puasanya batal, dan wajib menggantinya di luar bulan Ramadhan.

Allah SWT berfirman:


وَآُلُوا وَاشْرَبُوا حَتَّى يَتَبَيَّنَ لَكُمُ الْخَيْطُ اْلأَبْيَضُ مِنَ الْخَيْطِ اْلأَسْوَدِ مِنَ الْفَجْرِ- … البقرة  – 2: 187

Artinya: “Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar …” (Qs. al-Baqarah/2: 187).


Senggama suami-isteri di siang hari pada bulan Ramadhan; puasanya batal, dan wajib mengganti puasanya di luar bulan Ramadhan, dan wajib membayar kifarah berupa:

memerdekakan seorang budak; kalau tidak mampu harus berpuasa 2 (dua) bulan berturut-turut; kalau tidak mampu harus memberi makan 60 orang miskin, setiap orang 1 mud makanan pokok.


Dalam  suatu hadits disebutkan sebagai berikut:


عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوسٌ عِنْدَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذْ جَاءَهُ رَجُلٌ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللهِ هَلَكْتُ قَالَ مَا لَكَ قَالَ وَقَعْتُ عَلَى امْرَأَتِي وَأَنَا صَائِمٌ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ هَلْ تَجِدُ رَقَبَةً تُعْتِقُهَا قَالَ لاَ قَالَ فَهَلْ تَسْتَطِيعُ أَنْ تَصُومَ شَهْرَيْنِ مُتَتَابِعَيْنِ قَالَ لاَ فَقَالَ فَهَلْ تَجِدُ إِطْعَامَ سِتِّينَ مِسْكِينًا قَالَ لاَ قَالَ فَمَكَثَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَبَيْنَا نَحْنُ عَلَى ذَلِكَ أُتِيَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِعَرَقٍ فِيهَا تَمْرٌ وَالْعَرَقُ الْمِكْيَالُ قَالَ أَيْنَ السَّائِلُ فَقَالَ أَنَا قَالَ خُذْهَا فَتَصَدَّقْ بِهِ فَقَالَ الرَّجُلُ أَعَلَى أَفْقَرَ مِنِّي يَا رَسُولَ اللهِ فَوَاللهِ مَا بَيْنَ لاَبَتَيْهَا يُرِيدُ الْحَرَّتَيْنِ أَهْلُ بَيْتٍ أَفْقَرُ مِنْ أَهْلِ بَيْتِي فَضَحِكَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ حَتَّى بَدَتْ أَنْيَابُهُ ثُمَّ قَالَ أَطْعِمْهُ أَهْلَكَ. -رواه البخاري-

Artinya: “Dari Abu Hurairah r.a. (diriwayatkan bahwa) ia berkata: Ketika kami sedang duduk di hadapan Nabi saw, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki, lalu berkata: Hai Rasulullah, celakah aku. Beliau berkata: Apa yang menimpamu? Ia berkata: Aku mengumpuli isteriku di bulan Ramadhan sedang aku berpuasa. Maka bersabdalah Rasulullah saw: Apakah engkau dapat menemukan budak yang engkau merdekakan? Ia menjawab: Tidak. Nabi bersabda: Mampukah kamu berpuasa dua bulan berturut-turut? Ia menjawab: Tidak. Nabi bersabda: Mampukah engkau memberi makan enam puluh orang miskin? Ia menjawab: Tidak. Abu Hurairah berkata: Orang itu berdiam di hadapan Nabi saw. Ketika kami dalam situasi yang demikian, ada seseorang yang memberikan sekeranjang kurma (keranjang adalah takaran), Nabi saw bertanya: Dimana orang yang bertanya tadi? Orang itu menyahut: Aku (di sini). Maka bersabdalah beliau: Ambillah ini dan sedekahkanlah. Ia berkata: Apakah aku sedekahkan kepada orang yang lebih miskin daripada aku, hai Rasulullah. Demi Allah, tidak ada di antara kedua benteng-kedua bukit hitam kota Madinah ini keluarga yang lebih miskin daripada keluargaku. Maka tertawalah Rasulullah saw hingga nampak gigi taringnya, kemudian bersabda: Berikanlah makanan itu kepada keluargamu.” [HR. Al-Bukhariy].


Sumber

Thursday, 25 March 2021

Siapa Yang Boleh Tidak Berpuasa Ramadhan?

 

Gambar: RRTVnews

RRTVnews - Siapa Orang yang boleh tidak Puasa Ramadhan?

Orang yang tidak diwajibkan berpuasa Ramadhan, dan wajib mengganti puasanya di luar bulan Ramadhan adalah perempuan yang mengalami haidl dan nifas di bulan Ramadlan.

Para ulama telah sepakat bahwa hukum nifas dalam hal puasa sama dengan haidl.


Dasarnya adalah:


Hadits Nabi Muhammad SAW:


قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ قُلْنَا بَلَى. -رواه البخاري-.

Artinya: “Rasulullah saw bersabda: Bukankah wanita itu jika sedang haidl, tidak shalat dan tidak berpuasa? Mereka menjawab: Ya.” [HR. Al-Bukhariy].


Hadits Nabi Muhammad saw:


عَنْ عَائِشَةَ آَانَ يُصِيبُنَا ذَلِكَ فَنُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّوْمِ وَلاَ نُؤْمَرُ بِقَضَاءِ الصَّلاَةِ. -رواه مسلم-.

Artinya: “‘Aisyah r.a. berkata: Kami pernah kedatangan hal itu [haid], maka kami diperintahkan mengqadla puasa dan tidak diperintahkan mengqadla shalat.” [HR. Muslim].


Keterangan: ketika mensyarah hadis ini an-Nawawi menjelaskan, “Ungkapan ‘… maka kami diperintahkan mengqadla puasa dan tidak diperintahkan mengqadla shalat’ adalah hukum yang  telah disepakati. Kaum Muslimin juga telah berijmak bahwa wanita sedang haid dan nifas tidak wajib shalat dan puasa, dan tidak wajib mengqadla shalat tetapi wajib mengqadla puasa.”

Friday, 12 March 2021

Khutbah Jum'at Isra' dan Mi'raj

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjCbdcfvY6gWxVH8wtbyX6uu8_1yzFAU8DJPtKb5-scZBPoi2E0KMc9k2eboDJcWjUUHyKCc-cTvIv8MTrlpkKvb0QB0sxJfvTYJ-RLCnixy4BvHJR0KJ8E55PJI4sopKu_4Z4xeJK21JVx/s1600/image002.jpg

 

 

Pesan ketaqwaan.

Firman Allah.


17.Al-Isrā : 1


 سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ


Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.


Hadirin..

Sidang Jum’at rahimakumullah, kaum muslimin yang berbahagia

Marilah dalam suasana yang berbahagia ini, pertama-tama kita menghubungkan jiwa dan raga kita dengan Allah sang pencipta langit dan bumi serta seluruh isinya, yang sebentar lagi kita semua akan rukuk dan sujud menyembah-Nya dengan melakukan shalat. Kita perlu tetap mensyukuri bahwa betapa besar nikmat dari karunia yang Allah berikan kepada kita, yang tiada putus-putusnya dilimpahkan kepada kita selama kita hidup dan sesudah kita mati, insyaAllah.

 Umat Islam dalam kehidupan sehari-hari dalam waktu setahun banyak memperingati hari-hari besar Islam. Peringatan tahun baru hijriyah, peringatan Maulid Nabi saw, peringatan Nuzulul Qur’an dan sekarang kita berada dalam bulan Rajab, memperingati pula hari besar Islam yaitu Isra Mi’raj. Yang semuanya itu merupakan kegiatan rutin yang setiap saat diselenggarakan.

 

Isra’ artinya adalah perjalanan Rasulullah saw pada malam hari dari Masjidil Haram di Makkah ke Masjidil Aqsa di Palestina. Mi’raj artinya naiknya Rasulullah saw ke langit sampai ke Sidratul Muntaha.

Ini makna yang tekstual yang terdapat dalam al-Qur’an dan hadits Rasulullah saw tersebut.

 

Sebagian manusia tak percaya dengan peristiwa tersebut. Bagaimana mungkin peristiwa Isra Mi'raj bisa terjadi? Terutama orang-orang musyrik yang meragukan dan menjadi olok-olokan dengan peristiwa yang dialami Rasulullah SAW. ( +-620/621 Masehi ).


Namun tidak demikian bagi Abu Bakar. Tak ada keraguan pada diri Abu Bakar meyakini peristiwa yang memang tak masuk di logika akal manusia tersebut.


“Seandainya ada berita yang lebih (dahsyat) dari itu dan itu memang keluar dari lisan Nabi SAW maka aku akan mempercayainya. Bagaimana mungkin aku tidak membenarkan beliau tentang perjalanan ini”, begitulah ungkapan Abu Bakar As Siddiq.


Beliau tidak banyak bertanya meskipun berita Isra Mi'raj mustahil terjadi dengan keterbatasan teknologi yang ada pada saat itu.


Penjelasan Al Quran dalam beberapa ayat terkait Isra' Mi'raj

Dalam surat :

An Najm 53, 13-18


وَلَقَدْ رَآهُ نَزْلَةً أُخْرَىٰ


Dan sungguh, dia (Muhammad) telah melihatnya (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain,(13)


عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَىٰ


(yaitu) di Sidratilmuntaha.(14)


عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَىٰ


Di dekatnya ada surga tempat tinggal,(15)


إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَىٰ


(Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratilmuntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya,(16)


مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَىٰ


penglihatannya (Muhammad) tidak menyimpang dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya.(17)


لَقَدْ رَأَىٰ مِنْ آيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَىٰ


Sungguh, dia telah melihat sebagian tanda-tanda (kebesaran) Tuhannya yang paling besar.(18)


Hadirin..


Beberapa Hikmah Isra' Mi'raj.


1. Mendirikan shalat 5 waktu sesuai perintah Allah yang disampaikan saat peristiwa Isra miraj.




2. Meyakini bahwa setelah kesulitan pasti akan datang solusi atau kemudahan dg shalat.




3. Meyakini bahwa segala kesulitan serta ujian yang datang bisa menjadi cara untuk meningkatkan iman kita kepada Allah SWT.

 Wasta'inuu bishobri ..washolah



4. Semakin mengimani dan meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT.




5. Meyakini kekuasaan Allah SWT. Peristiwa diangkatnya Nabi Muhammad ke langit ketujuh mungkin terdengar mustahil. Namun, peristiwa itu benar terjadi atas kuasa dan kehendak Allah SWT




6. Menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong untuk dekat dan bersandar kepada Allah SWT.


Beliau ( Abu bakar ) tidak banyak bertanya meskipun berita Isra Mi'raj mustahil terjadi dengan keterbatasan teknologi yang ada pada saat itu.


Demikianlah seharusnya sikap seorang muslim. Setiap berita yang shahih dari Allah dan Rasulnya maka sudah sepatutnya mengimani apa yang telah datang dari Allah dan Rasul-Nya itu.

 

 Duduk Jedda..

Khutbah ke-2

Ringkasan

 


 

 

 

 

Hikmah Peristiwa Isra' dan Mi'raj

 

Rohmad Riyadi

RRTVnews - Al Qur'an 17.Al-Isrā : 1


 سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَىٰ بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا ۚ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ


Mahasuci (Allah), yang telah memperjalankan hamba-Nya (Muhammad) pada malam hari dari Masjidilharam ke Masjidilaqsa yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia Maha Mendengar, Maha Melihat.


Hikmah Isra Mi'raj yang dapat dipetik dari peristiwa Isra Miraj adalah sebagai berikut.

1. Mendirikan shalat 5 waktu sesuai perintah Allah yang disampaikan saat peristiwa Isra miraj.


2. Meyakini bahwa setelah kesulitan pasti akan datang kemudahan dari Allah SWT.


3. Meyakini bahwa segala kesulitan serta ujian yang datang bisa menjadi cara untuk meningkatkan iman kita kepada Allah SWT.


4. Semakin mengimani dan meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW adalah utusan Allah SWT.


5. Meyakini kekuasaan Allah SWT. Peristiwa diangkatnya Nabi Muhammad ke langit ketujuh mungkin terdengar mustahil. Namun, peristiwa itu benar terjadi atas kuasa dan kehendak Allah SWT


6. Menjadikan sabar dan shalat sebagai penolong untuk dekat dan bersandar kepada Allah SWT.


Rohmad Riyadi, S.Kom